TNews, KARAWANG – Gedung DPRD Kabupaten Karawang berubah menjadi ruang refleksi sejarah pada Minggu (14/9/2025) pagi. Tapi ini bukan sekadar perayaan ulang tahun daerah ke-392 yang sarat seremoni—lebih dari itu, menjadi panggung kritik, pujian, sekaligus ajakan membangun peradaban yang berakar dari budaya.
Dalam Rapat Paripurna Istimewa yang digelar untuk memperingati Hari Jadi Karawang, hadir tokoh-tokoh penting seperti Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang kini kembali akrab disapa “KDM”, serta para kepala daerah tetangga, di antaranya Wakil Bupati Purwakarta. Rapat dipimpin Ketua DPRD H. Endang Sodikin, dibuka dengan pembacaan lintasan sejarah Karawang oleh Sekda H. Asep Aang Rahmatullah—mengingatkan hadirin akan akar panjang tanah lumbung padi ini, dari masa kolonial hingga era industri.
Namun suasana haru justru muncul saat siswa-siswi SMAN 1 Karawang tampil membacakan sajak “Bekasi Karawang”—puisi yang menghidupkan kembali kenangan masa revolusi. Tiba-tiba, ruangan formal DPRD terasa seperti ruang kelas sejarah yang hidup.
Dalam pidatonya, Gubernur Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa Karawang bukan hanya penting dari sisi geografis atau ekonomi, tetapi juga sebagai wilayah pertemuan budaya—antara Sunda dan Jawa. Alih-alih menjadikannya sumber konflik identitas, KDM melihat itu sebagai peluang besar.
“Karawang itu jembatan dua kebudayaan besar. Harusnya ini jadi kekuatan kultural untuk membangun peradaban lokal yang kuat dan berkeadilan,” ujarnya lantang.
Gubernur juga menyinggung pentingnya tema peringatan hari jadi kali ini: Karawang MASAGI—istilah dalam budaya Sunda yang merujuk pada manusia utuh, cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Ia mendorong agar pemerintah daerah tak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tapi juga pembangunan nilai.
Sementara itu, Bupati Karawang H. Aep Syaepuloh tampil dengan rentetan capaian pembangunan. Meski tidak semua mendapat sorotan luas di media, beberapa di antaranya dinilai menyentuh kebutuhan masyarakat langsung, seperti perbaikan drainase di Jalan Surokunto, pembangunan gerai pelayanan publik di Cikampek, hingga pemberian beasiswa bagi lebih dari 3.000 anak putus sekolah.
“Kami ingin memastikan bahwa tak ada anak Karawang yang kehilangan masa depan hanya karena kendala biaya,” kata Bupati Aep.
Tak lupa, ia menyampaikan bahwa rehabilitasi ruang kelas SD dan SMP masih menjadi fokus, sebagai bentuk keseriusan dalam memperbaiki kualitas pendidikan dasar di daerah ini.
Peringatan Hari Jadi Karawang tahun ini terasa berbeda. Di tengah tekanan zaman, peringatan usia 392 tahun bukan sekadar pengingat waktu, tapi seruan untuk berbenah. Di balik perayaan, tersimpan tugas besar: membawa Karawang ke masa depan tanpa lupa siapa dirinya.*
Peliput: Nurdin